Laman

Rabu, 17 November 2010

KECAMATAN DI KABUPATEN NGANJUK :


Ø      Bagor
Ø      Baron
Ø      Berbek
Ø      Gondang
Ø      Jatikalen
Ø      Kertosono
Ø      Lengkong
Ø      Loceret
Ø      Nganjuk
Ø      Ngetos
Ø      Ngluyu
Ø      Ngronggot
Ø      Pace
Ø      Patianrowo
Ø      Prambon
Ø      Rejoso
Ø      Sawahan
Ø      Sukomoro
Ø      Tanjunganom
Ø      Wilangan

Makanan Khas

1. Nasi becek, sejenis gulai kambing
yang memiliki rasa khas dengan penambahan irisan daun jeruk nipis.

 

 

 

2.     Dumbleg, sejenis dodol yang terbuat dari ketan. Makanan ini hanya ada pada hari-hari tertentu di Pasar Gondang dan Pasar Rejoso.

2.     Onde-onde Njeblos, semacam onde-onde tapi tidak berisi. Berbentuk seperti bola yang ditaburi wijen.






Nasi Pecel : semacam nasi yang ada sayurnya (kulup) ditaburi dengan pedasnya sambal pecel, ciri khas asli Nganjuk sangat pedas dan rempeyek yang renyah



Krupuk Upil, adalah krupuk yang digoreng tanpa minyak tetapi menggunakan pasir




candi Lor

Candi Lor di desa Candirejo, Kecamatan Loceret yang dibangun oleh Mpu Sindok pada tahun 859 Caka atau 937 M sebagai Tugu Peringatan kemenangan atas peperangan melawan musuhnya dari Melayu. Di sini juga terdapat batu bertulis yang memuat sebutan (toponimi) yang sangat dekat sekali ucapannya dengan Nganjuk, yakni Anjuk Ladang. Candi Lor ini merupakan bukti sejarah tentang keberhasilan Mpu Sindok mengalahkan musuhnya, dan sekaligus menandai berdirinya Kota Nganjuk.

the legend of water park


The Legend Waterpark Kertosono, Wahana Baru Wisata Nganjuk


The Legend Waterpark Kertosono secara resmi dibuka oleh Bupati Nganjuk, Drs H Taufiqurrahman ditandai dengan penandatangan prasasti dihadapan ratusan undangan yang hadir pada Minggu, 12 September 2010.
“Ini merupakan langkah investasi yang luar biasa bagi Kabupaten Nganjuk, selain meningkatkan potensi pariwisata Nganjuk juga meningkatkan perekonomian masyarakat Nganjuk, karena dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat Nganjuk” ungkap Taufiq dalam sambutan singkatnya.
Selain penandatanganan prasasti sebelumnya juga ada pemotongan tumpeng dan pemotongan pita pembukaan tirai penutup papan nama waterpark dilanjutkan dengan pelepasan balon diiringi dengan tari Barongsai.

Bupati dan beberapa pejabat Pemkab Nganjuk didampingi oleh Sahidi dan Eny Sahidi sebagai CEO PT Duta Wahana Resort selaku owner waterpark tersebut menyempatkan diri untuk berkeliing meninjau lokasi wahana air tersebut.

“Mudah-mudahan kedepan akan banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi di Nganjuk, dan berpartisipasi dalam memajukan Nganjuk” harap Taufiq.













Letak Geografis dan Wujud Fisik

Candi Ngetos terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, sekitar 17 kilometer arah selatan kota Nganjuk. Bangunannya terletak ditepi jalan beraspal antara Kuncir dan Ngetos. Menurut para ahli, berdasarkan bentuknya candi ini dibuat pada abad XV (kelimabelas) yaitu pada zaman kerajaan (Majapahit). Dan menurut perkiraan, candi tersebut dibuat sebagai tempat pemakaman raja Hayam Wuruk dari Majapahit. Bangunan ini secara fisik sudah rusak, bahkan beberapa bagiannya sudah hilang, sehingga sukar sekali ditemukan bentuk aslinya. Berdasarkan arca yang ditemukan di candi ini, yaitu berupa arca Siwa dan arca Wisnu, dapat dikatakan bahwa Candi Ngetos bersifat Siwa–Wisnu. Kalau dikaitkan dengan agama yang dianut raja Hayam Wuruk, amatlah sesuai yaitu agama Siwa-Wisnu. Menurut seorang ahli (Hoepermas), bahwa didekat berdirinya candi ini pernah berdiri candi berukuran lebih kecil (sekitar 8 meter persegi), namun bentuk keduanya sama. N.J. Krom memperkirakan bahwa bangunan candi tersebut semula dikelilingi oleh tembok yang berbentuk cincin.Bangunan utama candi tersebut dari batu merah, sehingga akibatnya lebih cepat rusak. Atapnya diperkirakan terbuat dari kayu (sudah tidak ada bekasnya). Yang masih bisa dilihat tinggal bagian induk candi dengan ukuran sebagai berikut :
  • Panjang candi (9,1 m)
  • Tinggi Badan (5,43 m)
  • Tinggi keseluruhan (10 m)
  • Saubasemen (3,25 m)
  • Besar Tangga Luar (3,75 m)
  • Lebar Pintu Masuk (0,65 m)
  • Tinggi Undakan menuju Ruang Candi (2,47 m)
  • Ruang Dalam (2,4 m).

Relief

Relief pada Candi Ngetos terdapat empat buah, namun sekarang hanya tinggal satu, yang tiga telah hancur. Pigura-pigura pada saubasemennya (alasnya) juga sudah tidak ada. Di bagian atas dan bawah pigura dibatasi oleh loteng-loteng, terbagi dalam jendela-jendela kecil berhiaskan belah ketupat, tepinya tidak rata, atau menyerupai bentuk banji. Hal ini berbeda dengan bangunan bawahnya yang tidak ada piguranya, sedankan tepi bawahnya dihiasi dengan motif kelompok buah dan ornamen daun.
Di sebelah kanan dan kiri candi terdapat dua relung kecil yang di atasnya terdapat ornamen yang mengingatkan pada belalai makara. Namun jika diperhatikan lebih seksama, ternyata suatu bentuk spiral besar yang diperindah. Dindingnya terlihat kosong, tidak terdapat relief yang penting, hanya di atasnya terdapat motif daun yang melengkung ke bawah dan horisaontal, melingkari tubuh candi bagian atas.
Yang menarik, adalah motif kalanya yang amat besar, yaitu berukuran tinggi 2 x 1,8 meter. Kala tersebut masih utuh terletak disebelah selatan. Wajahnya menakutkan, dan ini menggambarkan bahwa kala tersebut mempunyi kewibawaan yang besar dan agaknya dipakai sebagai penolak bahaya. Motif kala semacam ini didapati hampir pada seluruh percandian di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Motif ini sebenarnya berasal dari India, kemudian masuk Indonesia pada Zaman Hindu. Umumnya, di Indonesia motif semacam ini terdapat pada pintu-pintu muka suatu percandian.

Arca Candi

Di Candi Ngetos sekarang ini tidak didapati lagi satu arcapun. Namun menurut penuturan beberapa penduduk yang dapat dipercaa, bahwa didalam candi ini terdapat dua buah arca, paidon (tempat ludah) dan baki yang semuanya terbuat dari kuningan. Krom pernah mengatakan, bahwa di candi diketemukan sebuah arca Wisnu, yang kemudian disimpan di Kediri. Sedangkan yang lain tidak diketahui tempatnya. Meskipun demikian bisa dipastikan bahwa candi Ngetos bersifat Siwa-Wisnu, walaupun mungkin peranan arca Wisnu disini hanya sebagai arca pendamping. Sedangkan arca Siwa sebagai arca yang utama. Hal ini sama dengan arca Hari-Hara yang terdapat di Simping, Sumberjati yang berciri Wisnu.

Cerita Rakyat

Candi Ngetos, yang sekarang tinggal bangunan induknya yang sudah rusak itu, dibangun atas prakarsa raja Hayam Wuruk. Tujuan pembuatan candi ini sebagai tempat penyimpanan abu jenasahnya jika kelak wafat. Hayam Wuruk ingin dimakamkan di situ karena daerah Ngetos masih termasuk wilayah Majapahit yang menghadap Gunung Wilis, yang seakan-akan disamakan dengan Gunung Mahameru. Pembuatannya diserahkan pada pamannya raja Ngatas Angin, yaitu Raden Condromowo, yang kemudian bergelar Raden Ngabei Selopurwotoo. Raja ini mempunyai seorang patih bernama Raden Bagus Condrogeni, yang pusat kepatihannya terletak disebelah barat Ngatas Angin, kira-kira berjarak 15 km.
Diceritakan, bahwa Raden Ngabei Selopurwoto mempunyai keponakan yang bernama Hayam Wuruk yang menjadi Raja di Majapahit. Hayam Wuruk semasa hidup sering mengunjungi pamannya dan juga Candi Lor. Wasiatnya kemudian, nanti ketika Hayam Wuruk wafat, jenasahnya dibakar dan abunya disimpan di Candi Ngetos. Namun bukan pada candi yang sekarang ini, melainkan pada candi yang sekarang sudah tidak ada lagi.
Konon ceritanya pula, di Ngetos dulu terdapat dua buah candi yang bentuknya sama (kembar), sehingga mereka namakan Candi Tajum. Hanya bedanya, yang satu lebih besar dibanding lainnya. Krom juga berpendapat, bahwa disekitar candi Ngetos ini terdapat sebuah Paramasoeklapoera, tempat pemakaman Raja Hayam Wuruk. Mengenai kata Tajum dapat disamakan dengan Tajung, sebab huruf “ng” dapat berubah menjadi huruf “m” dengan tanpa berubah artinya. Misalnya Singha menjadi Simha dan akhirnya Sima. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekmono yang menyatakan bahwa setelah Hayam Wuruk meninggal dunia, maka makamnya diletakkan di Tajung, daerah Berbek, Kediri.
Selanjutnya diceritakan, bahwa Raja Ngatas Angin R. Ngabei Selupurwoto mempunyai saudara di Kerajaan Bantar Angin Lodoyo (Blitar) bernama Prabu Klono Djatikusumo, yang kelas digantikan oleh Klono Joyoko. Raja-raja ini ditugaskan oleh Hayam Wuruk untuk membuat kompleks percandian. Raden Ngabai Selopurwoto di kompleks Ngatas Angin menugaskan Empu Sakti Supo (Empu Supo) untuk membuat kompleks percandian di Ngetos. Karena kesaktiannya maka dalam waktu yang tidak terlalu lama tugas tersebut dapat diselesaikan sesuai petunjuk.
2. Monumen Gerilya Jenderal Sudirman di Bajulan - Loceret dan Sawahan.










Terletak di desa Bajulan, kec. Loceret arah selatan kota Nganjuk. Monumen didirikan sebagai tanda bahwa di desa Bajulan pernah disinggahi Panglima Besar Jendral Soedirman selama 9 hari dalam rute perjalanannya memimpin perang gerilya melawan Belanda pada tahun 1949. 3 km dari monumen ke arah selatan terdapat padepokan yang sekarang dijadikan museum, juga tempat wudlu, tempat perundingan, serta tempat shalat yang pernah dipakai beliau selama tinggal di desa Bajulan.

B IOGRAFI :
Nama         : Jenderal Sudirman
Lahir          : Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916
Agama       : Islam
Meninggal   : Magelang, 29 Januari 1950
Dimakamkan: Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta
Pendidikan Fomal:
- Sekolah Taman Siswa
- HIK Muhammadiyah, Solo (tidak tamat)
Pendidikan Tentara:
Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor
Pengalaman Pekerjaan:
Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap
Pengalaman Organisasi:
Kepanduan Hizbul Wathan
Jabatan di Militer:
- Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal
- Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel
- Komandan Batalyon di Kroya
Tanda Penghormatan: Pahlawan Pembela Kemerdekaan

wisata air terjun sedudo

1. Air Terjun Sedudo, yang terletak di lereng Gunung Liman.
Air Terjun Sedudo adalah sebuah air terjun dan obyek wisata yang terletak di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Jaraknya sekitar 30 km arah selatan ibukota kabupaten Nganjuk. Berada pada ketinggian 1.438 meter dpl, ketinggian air terjun ini sekitar 105 meter. Tempat wisata ini memiliki fasilitas yang cukup baik, dan jalur transportasi yang mudah diakses. Masyarakat setempat masih mempercayai, air terjun in memiliki kekuatan supra natural. Lokasi wisata alam ini ramai dikunjungi orang pada bulan Sura (kalender Jawa). Konon mitos yang ada sejak zaman Majapahit, pada bulan itu dipercaya membawa berkah awet muda bagi orang yang mandi di air terjun tersebut. Setiap Tahun Baru Jawa, air terjun Sedudo dipergunakan untuk upacara ritual, yaitu memandikan arca dalam upacara Parna Prahista, yang kemudian sisa airnya dipercikan untuk keluarga agar mendapat berkah keselamatan dan awet muda. Hingga sekarang pihak Pemkab Nganjuk secara rutin melaksanakan acara ritual Mandi Sedudo setiap tanggal 1 Suro .
v   SEJARAH AIR TERJUN SEDUDO
Berendam di Air Terjun Sedudo


Air Terjun Sedudo di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, pada ketinggian 2.552 meter di atas permukaan laut.
Obyek wisata ini tak hanya menawarkan keindahan panorama alam dan sejuknya guyuran air. Tapi juga ritual tradisional di saat bulan purnama. Dari ritual itulah sebatang aliran sungai dihayati sebagai sumber kehidupan.


Berada di kawasan Gunung Wilis yang berpanorama indah dan berhawa sejuk, obyek wisata air terjun Sedudo bisa dipilih sebagai tujuan wisata yang menyenangkan. Meski hanya ada air terjun, tapi pengunjung akan segera tahu, air terjun itulah yang memberikan berkah secara ekonomis serta mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat sekitar. Setidaknya air yang mengalir dari air terjun itu mampu memberikan suplai air yang cukup sepanjang tahun bagi ratusan hektar sawah dan kebun.
Sepanjang perjalanan 30 km ke arah barat daya dari kota Nganjuk, Anda memang akan menemukan pemandangan khas dusun dengan aktivitas masyarakatnya yang sebagian besar petani. Sekitar 30 menit barulah Anda menemukan jalan aspal yang mulai menanjak. Hembusan angin yang mengalir pelan pun juga berganti lebih dingin dan cahaya matahari sudah tak lagi terang karena tertutup kabut.
Seperti Puteri Raja
Dengan suasana yang hening, sejuk dan nyaman serta hamparan hijaunya pepohonan alam, air terjun Sedudo tampak seperti putri kerajaan yang tengah berdiri anggun di tengah taman nan asri. Jadi siapapun, rasanya ingin berjalan mendekat untuk menikmati keindahan dan berlama-lama duduk di dekatnya.
Setelah mata dan batin terpuaskan oleh keindahan alam sekitar dan sesaat kaki menginjak di pelataran parkir, Anda langsung dapat menikmati pesona air terjun Sedudo dari atas. Tak lebih dari lima menit menuruni tangga, Anda sudah sampai di pelataran Air Terjun Sedudo yang resmi dikomersialkan sepuluh tahun lalu. Pada awalnya memang pelataran yang tertata rapi dengan segala fasilitas seperti tempat istirahat pengunjung dan bangunan penunjang lainnya belum ada. Bahkan kolam tempat berendam atau berenang bagi pengunjung yang menampung air terjun baru dibangun sekitar lima tahun lalu.
Syukurlah dengan segala fasilitas yang ada saat ini seperti ruang ganti, toilet, tempat istirahat dan berbagai rumah makan serta toko cinderamata, membuat pengunjung jadi lebih nyaman dan betah menikmati keindahan air terjun yang tingginya sekitar 100 meter itu. Bunyi serangga bercampur dengan gemuruh guyuran air di bebatuan menciptakan alunan musik alam yang membuat kita merasa lepas dari beban kehidupan sehari-hari.
Bagi pengunjung yang tak tahan dingin tapi ingin berendam disarankan untuk memilih waktu berendam saat terik matahari. Di saat seperti itu meski air tetap dingin, tapi tidak terlalu mengigit tulang sebagaimana pada pagi atau sore hari.
Berkah Ki Ageng Ngaliman
Setiap obyek wisata tentu memiliki nilai lebih, semisal cerita lain mengenai tempat itu, yang membuat obyek tersebut tambah menarik. Begitu juga halnya dengan air terjun Sedudo. Di saat bulan purnama di bulan Suro misalnya, di tempat itu banyak acara ritual yang diselenggarakan sehingga membuat Sedudo jauh lebih ramai dari hari-hari biasa.
Menurut Rahman yang sudah puluhan tahun menjadi juru kunci di tempat wisata itu, berdasarkan cerita turun-temurun, dulu kawasan Sedudo merupakan tempat pertapaan Ki Ageng Ngaliman, tokoh pelopor penyebaran agama Islam di Nganjuk waktu itu. Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, maka setiap bulan Suro sebuah upacara ritual selalu digelar. Ritual yang diberinama pengambilan Air Sedudo itu diisi dengan acara iring-iringan gadis berambut panjang yang berbusana adat Jawa, berjalan perlahan menuju kolam yang berada tepat di bawah air terjun.
Lima gadis terdepan membawa klenting (istilah Jawa untuk guci-Red), sedang sepuluh lainnya mengiringi para pembawa klenting itu. Tembang Ilir-ilir mengiringi langkah mereka. Tak lama kemudian, ke 15 gadis yang disebut Putri Tirtosari itu, tiba di kolam yang sudah menunggu lima pemuda, yang juga berpakaian ala abdi keraton di kerajaan Jawa. Lima pemuda dengan sebutan jejaka taruna inilah, yang akan mengambilkan air pusaka dari air terjun Sedudo.
Begitu lima gadis pembawa klenting sudah berhadap-hadapan dengan jejaka taruna, guci aneka warna itu diserahkan. Tak berapa lama, kelima pemuda menuju dasar air terjun yang bersuara gemuruh. Mereka menengadahkan klenting itu, dan air Sedudo yang dipercayai penuh khasiat, memenuhi kelima guci. Air Sedudo di dalam lima klenting itu, kemudian dipersembahkan sebagai sesaji.
Awet Muda dan Berwibawa
Dari sesaji itu diharapkan dapat membawa berkah keselamatan bagi warga Kota Nganjuk. Bau dupa yang diletakkan di dekat kolam oleh seorang petugas di awal upacara mengentalkan nuansa mistis itu. Kuatnya kesan mistis ini, seiring dengan keyakinan masyarakat Nganjuk dan juga Jatim, tentang khasiat air Sedudo. Warga yakin, dengan mandi di air terjun tersebut, mereka akan memperoleh berkah, entah berupa awet muda, murah rezekinya, atau berkah makin berwibawa, khususnya bagi para pejabat atau bos perusahaan.
Mereka percaya, air yang mengalir tak henti-hentinya mengalir di Sedudo, bersumber dari tempat keramat, yakni tempat di mana para dewa bersemayam. Tak heran, ketika malam tahun baru Hijriyah 1 Muharram, atau biasa dikenal malam 1 Suro oleh masyarakat Jawa, ribuan pengunjung selalu memadati Sedudo. Di tengah dinginnya air terjun Sedudo, mereka mandi beramai-ramai di kolamnya.
Aspek sejarah lain, khususnya tentang pemanfaatan Sedudo oleh kalangan raja dan ulama di zaman Kerajaan Majapahit dan kejayaan Islam, sangat mempengaruhi kepercayaan masyarakat tentang khasiat air terjun tersebut. Di jaman Majapahit Sedudo sering digunakan untuk mencuci senjata pusaka milik raja dan patih dalam Prana Pratista. Sementara di zaman kerajaan Islam, Sedudo sangat dikenal sebagai kawasan pertapaan Ki Ageng Ngaliman.
Untuk mencapai obyek wisata Air Terjun Sedudo ini, Anda dapat menggunakan segala macam alat transportasi. Meski tidak ada angkutan umum yang langsung menuju obyek wisata, tapi banyak mobil sewaan yang siap mengantar Anda. Jadi pastikan Anda berkunjung ke air terjun Sedudo, jika kebetulan melintasi kota Nganjuk bersama keluarga. Selamat berlibur (SENIOR/Lalang Ken Handita)

v   Dibalik Mitos Air Terjun Sedudo Nganjuk

Kaya rempah-rempah, Bisa jadi Obat Awet Muda
Banyak yang menyakini jika air terjun Sedudo mampumembuat awet muda siapa saja yang mandi disana. Ada apa dibalik mitos itu?

Jika kita mendengar wisata air terjun Sedudo yangterletak di Desa Ngliman Kec Sawahan, akan selalumuncul dibenak kita jika air terjun ini mempunyaibanyak khasiat, salah satunya adalah menjadi obat awetmuda. Hal ini banyak diyakini masyarakat sekitar, jugamasyarakat diluar Nganjuk. Terbukti jika wisata airterjun ini tak pernah sepi dari pengunjung. Baik yanghanya sekedar ingin menikmati pemandangannnya yangindah, ataumemang sengaja ingin membuktikan mitos yangbanyak berkembang itu.Namun tak banyak yang tahu apa yang menyebabkan airterjun yang berada di Kab Nganjuk bagian selatan itumempunyai mitos seperti ini. Kalangan sejarah menilai,mitos ini berdasar atas sejarah terbentuknya airterjun itu dan kajian ilmiah.Harimintadji, salah satu tokoh sejarah di Nganjukmengungkapkan ada sejarah dan perkiraan secara ilmiahtentang mitos itu. Dari tinjauan sejarah, saat itu airterjun Sedudo dibuat oleh salah satu tokoh wargasekitar bernama Sanak Pogalan. Ia merupakan petanitebu yang harus menelan kecewa dari
peenguasa jamanitu. Karena kekecewaannya inilah, ia kemudian menjadipertama disekitar sumber air terjun Sedudo. Dalamtapanya, ia berniat untuk menenggelamkan Kota Nganjuk dengan membuat sumber air yang sangat besar.



r.
’’Dia bersumpah untuk menggelamkan desanya itu. Dandibuatlah sumber air yang sangat besar,’’ tuturHarmintadji, yang pernah menjabat sebagai Wedoro KabNganjuk itu.Karena kesucian Sanak Pogalan inilah, sebagian wargameyakini jika sumber air terjun Sedudo, mengandungbeberapa khasiat, salah satunya menjadi obat awet muda.


’’Menurut sejarhnya begitu,’’ tambahHarmintadji. Selain tentang sejarah, ia juga menduga jika secarailmiah khasiat obat awet muda dari air terjun Sedudoini bisa diraba. Menurutnya, pada jaman kerajan dulu, ada tokoh bernama Resi Curigonoto yang sengaja mengasingkan diri di atas lokasi air terjun. Dalam pengasingannya itu, Resi Curigonoto berniat untuk menjadikan hutan itu sebagai kebun rempah-rempah. Karena menganggap jika tanah hutan, bisa menjadi mediayang sangat bagus untuk mengembangkan rempah-rempahyang saat itu menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Resi Curigonoto lantas meminta Raja Kerajaan Kediri untukmengirim rempah-rempah ke tempat pengasingannya itu. Namun, tak begitu jauh dari tujuannya, tiba-tibagerobak-gerobak yang mengangkut rempah-renpah iiterguling diantara sumber air terjun Sedudo. ’’Lalurempah-rempah ini tumbuh subur hingga memenuhi hutanyang menjadi tempat sumber air terjun Sedudo,’’tambahnya.Sehingga, lanjut pria yang menjadi pegawai negerisipil (PNS) sejak tahun 1964 itu, air yang mengalir keair terjun Sedudo banyak mengandung rempah-rempah itu.’’Secara otomatis, rempah-rempah ini mampu menjadiobat yang multi khasiat, salah satunya adalah memmbuatwajah tampak bersih. Sehingga kelihatan awet muda,’’katanya.Mitos ini juga sdijunjung tinggi oleh Pemkab Nganjuksendiri. Buktinya, setiap bulan Syuro, Pemkab Nganjukmenggelar ritual ‘Siraman’. Dimana akan banyakmasyarakat Nganjuk yang mandi bersama di lokasi wisataair terjun ini. ’’Memang budaya siraman ini menjadi agenda tahunanPemkab Nganjuk. Selain untuk menarik wisatawan, jugauntuk melestarikan budaya yang sudah ada ratusan tahunsilam itu,’’ kata Ujang Zalkadri , Ka Sub Din Obyekdan Daya Tarik Wisata Disparbuda Nganjuk.



TEMPAT TEMPAT BERSEJARAH

 ALUN ALUN NGANJUK






GEDUNG JUANG 1945




STADION ANJUK LADANG

VISI , MISI TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN KABUPATEN NGANJUK
1.     Visi
2.    
Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan
bagaimana Kabupaten Nganjuk harus dibawa dan berkarya agar
konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Visi
adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa
depan, berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan, dibangun
melalui proses refleksi dan proyeksi yang digali dari nilai-nilai luhur
yang dianut oleh seluruh komponen stakeholder’s. Pernyataan Visi
Kabupaten Nganjuk adalah :
Terwujudnya Kejayaan Masyarakat Kabupaten
Nganjuk Yang Maju, Adil, Sejahtera, Tenteram, dan
Demokratis Berlandaskan Moral Agama
Pemahaman atas pernyataan visi tersebut mengandung makna
terjalinnya sinergi yang dinamis antara masyarakat, Pemerintah
Kabupaten dan seluruh stakeholder’s dalam merealisasikan
pembangunan Kabupaten Nganjuk secara terpadu.
Secara filosofis visi tersebut dapat dijelaskan melalui makna yang
terkandung di dalamnya, yaitu :
1) Terwujudnya terkandung upaya dan peran Pemerintah Daerah
dalam mewujudkan Kabupaten Nganjuk yang maju, adil,
sejahtera, tenteram dan demokratis yang berlandaskan moral
agama.
2) Kejayaan adalah suatu keadaan/kondisi masyarakat yang
memiliki nilai lebih sehingga menjadikan besar dan terkenal.
3) Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya
dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.
4) Kabupaten Nganjuk adalah satu kesatuan masyarakat hukum
dengan segala potensi dan sumber dayanya dalam sistem
Pemerintahan di Wilayah Kabupaten Nganjuk.
5) Maju adalah suatu kondisi daerah yang adaptif terhadap
perkembangan global yang terjadi serta antisipatif terhadap
berbagai ekses baik negatif maupun positif, yang mungkin akan
muncul akibat dari perubahan global itu sendiri sehingga daerah
dapat menempatkan diri dan memainkan peran secara positif
dan sinergis dalam perekonomian global dan regional.
6) Adil adalah perwujudan kesamaan hak dan kewajiban dalam
segala aspek kehidupan tanpa membedakan latar belakang
suku, agama, ras dan golongan. Oleh karena itu orientasi
pembangunan tidak hanya diarahkan pada upaya untuk
mengejar pertumbuhan saja namun juga berupaya semaksimal
mungkin agar pertumbuhan itu hasilnya sekaligus dapat dinikmati
secara adil dan merata oleh semua lapisan masyarakat.
7) Sejahtera adalah kondisi kehidupan individu dan masyarakat
yang aman, sentosa dan makmur terpenuhi kebutuhan lahir dan
batin.
8) Tenteram adalah suatu situasi yang menimbulkan rasa aman,
damai dan tenang.
9) Demokratis adalah Pemerintah Daerah yang mampu
menampung aspirasi masyarakat dalam segala aspek kehidupan
dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat sehingga
tercapai kesepahaman dan keseimbangan dalam tatanan
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
10) Berlandaskan Moral Agama adalah kondisi kehidupan sosial
budaya yang berlandaskan nilai-nilai agama sehingga
memperkokoh sendi–sendi kehidupan masyarakat dan mampu
menjaga keseimbangan perilaku masyarakat yang berbudaya.

Misi
Adapun Misi Pemerintah Kabupaten Nganjuk adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pembangunan
pertanian, industri, perdagangan dan pariwisata yang
berwawasan lingkungan dengan didukung oleh ketersediaan
infrastruktur yang memadai.
2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan, pendidikan dan
sosial.
3) Meningkatkan pelayanan prima melalui penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik dan bersih yang didukung oleh
profesionalisme aparatur serta menciptakan kehidupan
masyarakat yang tenteram dan tertib berlandaskan moral
agama.

letak kabupaten nganjuk

KABUPATEN NGANJUK

 Kabupaten Nganjuk adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Nganjuk. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Madiun di barat.
Nganjuk juga dikenal dengan julukan Kota Angin.


Geografi

Kabupaten Nganjuk terletak antara 11105' sampai dengan 112013' BT dan 7020' sampai dengan 7059' LS. Luas Kabupaten Nganjuk adalah sekitar ± 122.433 Km2 atau 122.433 Ha yang terdiri dari atas:
  • Tanah sawah 43.052.5 Ha
  • Tanah kering 32.373.6 Ha
  • Tanah hutan 47.007.0 Ha


PETA KABUPATEN NGANJUK
Dengan wilayah yang terletak di dataran rendah dan pegunungan, Kabupaten Nganjuk memiliki kondisi dan struktur tanah yang cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan sehingga sangat menunjang pertumbuhan ekonomi dibidang pertanian. Kondisi dan struktur tanah yang produktif ini sekaligus ditunjang adanya sungai Widas yang mengalir sepanjang 69,332 km dan mengairi daerah seluas 3.236 Ha, dan sungai Brantas yang mampu mengairi sawah seluas 12.705 Ha.
Jumlah curah hujan per bulan selama 2002 terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu 7.416 mm dengan rata-rata 436 mm. Sedangkan terkecil terjadi pada bulan November dengan jumlah curah hujan 600 mm dengan rata-rata 50mm. Pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober tidak terjadi hujan sama sekali